
Tahap akhir pengujian tengah dilakukan di AS untuk tiga kandidat vaksin COVID-19, sebuah langkah besar untuk memberikan vaksin kepada dunia dalam waktu tercepat.
Pada 31 Agustus, Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) mengumumkan bahwa AstraZeneca memulai fase 3 uji klinis kandidat vaksin. Ini adalah salah satu dari beberapa vaksin yang menjanjikan yang dapat menimbulkan respons kekebalan terhadap SARS-CoV-2, virus corona yang menjadi penyebab COVID-19.
Fase 3 pengujian klinis adalah langkah final menuju pengembangan vaksin yang aman dan efektif sebelum mendapat izin pemerintah. NIH dan produsen bioteknologi AS, Moderna, memulai uji fase 3 vaksin di bulan Juli, sementara Pfizer dan BioNTech juga telah memasuki fase akhir uji klinis untuk kandidatnya pada bulan Juli.
Meski AstraZeneca bermarkas di Britania Raya dan BioNTech berbasis di Jerman, NIH menyalurkan dana untuk ketiga kandidat vaksin ini, yang tengah melalui pengujian di berbagai lokasi di AS.
These docs are using science to fight #COVID19&they’re serious about winning. From left, @NIAIDNews Anthony Fauci, #WarpSpeed Matt Hepburn& @NIHDirector Francis Collins briefed reporters yest. about start of 1st Phase 3 #NIH/Moderna mRNA-1273 vaccine trial https://t.co/Z52TALYVhI pic.twitter.com/vrqFDXy9Jm
— NIH (@NIH) July 28, 2020
Meski umumnya butuh bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin, Pemerintahan Trump menginvestasikan miliaran dolar untuk menggenjot upaya pengembangan, manufaktur serta distribusi vaksin.
Melalui Operation Warp Speed, AS mengumpulkan para peneliti pemerintah, perusahaan farmasi, dan peneliti universitas dengan tujuan menemukan sebuah vaksin sebelum akhir tahun, sekaligus menjamin keamanan dan integritas vaksin yang diproduksi.
NIH meluncurkan serangkaian percobaan klinis untuk menguji vaksin COVID-19 dan alat pencegahan lainnya pada 8 Juli. Badan ini bekerja sama dengan sejumlah perusahaan farmasi untuk merancang uji klinis fase 3. Mereka juga akan memantau ribuan relawan yang berpartisipasi dalam pengujian ini.
Dr. Anthony Fauci, kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan, “Pengujian yang ketat secara ilmiah, acak, dan dikendalikan plasebo ini dirancang untuk menentukan apakah vaksin ini dapat mencegah COVID-19 dan berapa lama perlindungan tersebut dapat bertahan”.
Operation Warp Speed juga telah menyalurkan investasi besar untuk persiapan produksi guna memastikan vaksin akan tersedia dengan cepat setelah terbukti aman dan efektif. Jika suatu kandidat vaksin gagal, pemerintah AS akan menyerap dana yang hilang dari jumlah dosis tersebut.
“Tidak ada negara lain yang telah atau akan berkomitmen sepenuhnya seperti AS untuk mendistribusikan vaksin ke seluruh dunia,” ujar Menlu AS Michael R. Pompeo pada 2 September.