Melestarikan Bahasa dan Budaya Salah Satu Suku Penduduk Asli Amerika

Dua orang membawa alang-alang melintas padang (© Quirina Luna Geary)
Dua putri Quirina Geary, Niyatsitha dan Xawena Geary, melakukan ‘rokso’ (mengumpulkan tule) untuk rumah bundar seremonial pada 2017. (© Quirina Luna Geary)

Amerika Serikat menyatukan banyak identitas, bahasa, dan agama. Keragaman ini adalah bagian inti dari identitas orang Amerika, dan banyak orang telah membaktikan hidup mereka untuk melestarikan budaya yang mereka miliki.

Quirina Geary adalah seorang Penduduk Asli Amerika. Meskipun dia tidak pernah menyangka akan mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan bahasa nenek moyangnya yang disebut Mutsun, dia mengatakan bahwa melakukan hal tersebut rasanya seperti pulang kampung.

Geary, yang juga merupakan ketua Bangsa Tamien, adalah salah satu dari banyak perempuan penduduk asli Amerika di seluruh Amerika Serikat yang bekerja untuk menjaga agar bahasa suku mereka tetap hidup dengan belajar, mengajar, dan melakukan upaya advokasi untuk kelangsungan keberadaannya.

Meskipun Geary dibesarkan sebagai penduduk asli Amerika dan mempertahankan praktik budaya tradisional, “satu hal yang tidak kami miliki adalah bahasa,” ujarnya. “Dan bahasa terikat sangat erat dengan identitas.”

Dua orang yang duduk dan memandangi kartu-kartu di atas meja. (© Quirina Luna Geary)
Anak-anak Quirina Geary, Johnathan Costillas dan Lillian Camarena, belajar tata kalimat ‘riica’ (bahasa) Mutsun pada 2016 menggunakan sistem kode warna yang dikembangkan Geary di Breath of Life Institute untuk mempelajari tata bahasa Mutsun. (© Quirina Luna Geary)

Pada 1996, Geary dan saudara perempuannya menghadiri lokakarya yang disponsori oleh Advocates for Indigenous California Language Survival di University of California, Berkeley.

Selama penelitian mereka saat konferensi tersebut, mereka menemukan bahwa cilawagi mereka bekerja sama dengan akademisi pada awal abad ke-20 untuk melestarikan bahasa Mutsun sebelum meninggal dunia pada 1920-an.

Geary mengatakan itu bagaikan pertanda bahwa dia berada di jalan yang tepat untuk terus belajar lebih banyak tentang bahasa dan budayanya. “Kami benar-benar tidak menyangka,” katanya. “Pekerjaan itu luar biasa berharga bagi kami.”

Dia mulai bekerja sama dengan seorang akademisi di University of Arizona untuk belajar berbicara dan mendokumentasikan bahasa Mutsun. Kemitraan mereka telah berlangsung lebih dari dua dasawarsa dan menghasilkan kamus Mutsun-Inggris pertama yang pernah ada. Geary juga menerbitkan buku anak-anak dalam bahasa Mutsun.

Dua anak memanjat pohon untuk memetik buah (© Quirina Luna Geary)
Anak-anak Geary, Niyatsitha dan Ki’il Geary, mengumpulkan buah manzanita untuk membuat sari buah di Clearlake, California, pada 2018. (© Quirina Luna Geary)

Geary telah mengajarkan bahasa Mutsun selama bertahun-tahun kepada keturunan Mutsun. Dia mengatakan yang mendaftar ada 60 siswa tetapi ada 15 orang yang belajar secara teratur — kebanyakan perempuan — yang paling berkomitmen untuk belajar bahasa tersebut. “Saya memastikan bahwa saat saya belajar bahasa Mutsun, saya juga berbagi pengetahuan yang saya miliki,” katanya.

Bahasa yang hilang

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PDF, 1,4 MB) mengatakan bahwa pada akhir abad ke-21 akan ada hingga 90% bahasa penduduk asli global yang hilang, dan 600 bahasa telah punah sejak 1900.

Amerika Serikat adalah rumah bagi banyak bahasa penduduk asli lainnya dan mendukung hak-hak rakyat untuk melestarikan bahasa dan budaya mereka.

Dua orang membuat keranjang (© Linda Yamane)
Quirina Geary mengajari putrinya, Lillian Camarena, untuk ‘hirse’ (menenun keranjang) dari rimpang tanaman dan pucuk pohon. (© Linda Yamane)

National Indian Council on Aging mengatakan bahasa apa pun yang digunakan oleh kurang dari 10.000 orang berada dalam bahaya.

Geary mengutip penelitian yang menunjukkan bahwa mempelajari bahasa asli, seperti Mutsun, menghubungkan orang melalui budaya, pengalaman bersama, dan perayaan atas warisan yang mereka miliki.

“Ini bukan sekadar tentang berbicara suatu bahasa,” katanya. “Ini benar-benar berakar dalam identitas di mana ketika bahasa tumbuh maka masyarakat akan berkembang dan hal-hal baik mulai terjadi.”