Memperjuangkan Isu Air dan Keanekaragaman Hayati

Assistant Secretary Monica Medina speaking on podium (State Dept.)
Asisten Menteri Luar Negeri Bidang Kelautan dan Urusan Lingkungan Hidup Internasional dan Ilmiah, sekaligus Utusan Khusus Bidang Keanekaragaman Hayati dan Sumber Daya Air Monica Medina, berbicara di Sidang Lingkungan Hidup PBB (United Nations Environment Assembly) di Nairobi, Kenya, 1 Maret (Departemen Luar Negeri)

Monica Medina, utusan khusus pertama Amerika Serikat untuk keanekaragaman hayati dan sumber daya air, percaya bahwa tidak ada waktu yang lebih krusial daripada sekarang bagi para diplomat untuk memperjuangkan perlindungan dan pemulihan alam.

“Saya merasa sangat terhormat memiliki peran dan gelar ini,” katanya kepada ShareAmerica. “Kita berada di dunia yang mengalami kehilangan alam yang luar biasa dan kondisi itu menjadi ancaman nyata bagi kesehatan planet ini dan kesehatan manusia.”

Dengan penunjukannya pada akhir September, Medina menjadi pemimpin tertinggi di pemerintahan AS dalam bidang pelestarian lingkungan dan upaya mengatasi krisis iklim. Medina juga menjabat sebagai asisten menteri Bidang Kelautan dan Urusan Lingkungan Hidup Internasional dan Ilmiah di Departemen Luar Negeri.

Monica Medina berpose di depan tumbuhan (Departemen Luar Negeri)
Medina menghadiri pertemuan lingkungan hidup Stockholm+50 di Swedia, 3 Juni. (Departemen Luar Negeri)

Melindungi keanekaragaman hayati

Peran baru Medina memungkinkannya menjadi pembela dalam perlindungan banyak spesies tumbuhan dan hewan di seluruh dunia.

Ancaman lingkungan yang akan dia tangani dengan para pemimpin di seluruh dunia termasuk kejahatan alam seperti:

  • Penebangan liar.
  • Penambangan ilegal.
  • Konversi lahan ilegal untuk pertanian.
  • Perdagangan satwa liar.
  • Kejahatan yang terkait dengan penangkapan ikan.

     

“Kejahatan-kejahatan ini memiliki dampak yang mendalam dan merugikan serta bertahan lama terhadap keanekaragaman hayati, dan terhadap ketersediaan sumber daya seperti air yang bersih dan aman,” ujarnya. “Kami berkomitmen sebisa mungkin untuk mencoba mengatasi semua krisis ini pada saat yang bersamaan.”

Meningkatkan ketahanan air

Membuat air bersih dan aman tersedia untuk semua orang adalah salah satu prioritas utama Medina.

Metrik Departemen Luar Negeri menunjukkan bahwa dua pertiga populasi dunia akan mengalami kelangkaan air pada 2025. Orang-orang tersebut tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka.

Hal ini sebagian besar disebabkan oleh cuaca ekstrem — kekeringan dan banjir — yang diciptakan di seluruh dunia oleh krisis iklim.

Medina menjelaskan bahwa kelangkaan air dan kualitas air yang buruk membahayakan kesehatan dan mata pencarian masyarakat. Kelangkaan air dapat meningkatkan penyakit, membatasi pertanian, dan menghambat pertumbuhan ekonomi.

Monica Medina berpose di sebelah layar yang menunjukkan gelombang (Departemen Luar Negeri)
Medina berpartisipasi dalam diskusi di Konferensi Jurnalis Lingkungan Hidup Tahunan ke-31 di Houston, 1 April. (Departemen Luar Negeri)

Salah satu tugas Medina adalah membantu mengimplementasikan Rencana Aksi Gedung Putih tentang Ketahanan Air Global (White House Action Plan of Global Water Security) (PDF, 400KB).

“Kami melihat kelangkaan air sebagai sesuatu yang semakin mengancam perdamaian dan keamanan di banyak bagian dunia, jadi kami menjadikannya prioritas,” kata Medina. “Departemen Luar Negeri bekerja bersama mitra dan sekutu di seluruh dunia untuk membangun kerja sama air dan terlibat dalam masalah pengelolaan air.”

Dalam perannya sebagai utusan khusus AS untuk keanekaragaman hayati dan sumber daya air, Medina menghadiri Konferensi Anggota Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim PBB (COP27) dan Konvensi

Keanekaragaman Hayati PBB (U.N. Convention on Biological Diversity) bulan depan. Di sana, dia dan sejumlah negara akan bermitra untuk mengembangkan solusi iklim.

“Kami bekerja untuk memajukan ambisi iklim kami, untuk memperkuat ketahanan terhadap perubahan iklim, dan untuk benar-benar mendapatkan hasil sekuat mungkin dari COP27,” katanya. “Kami, sebagai Amerika Serikat, akan banyak berkontribusi.”