Mengubah Tanaman Menjadi Bahan Bakar

Suatu hari, mobil Anda dapat berjalan menggunakan energi yang dihasilkan oleh rumput atau pohon.

Empat pusat penelitian AS sedang menjajaki kemungkinan ini sebagai bagian dari prakarsa Departemen Energi AS. Pusat-pusat penelitian  ini sedang mengembangkan teknologi yang dapat mengubah tanaman tertentu —  seperti rumput gajah,, populus, atau sorgum —  menjadi bahan bakar hayati.. Penelitian ini dapat berkontribusi terhadap ketahanan energi dan ketahanan pangan tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia.

Tanaman tersebut dapat tumbuh di tanah marginal. Mengubahnya menjadi biofuel tidak akan merusak pasokan makanan karena mereka bukan tanaman pangan.

“Revolusi biologi modern telah membuka peluang baru yang luas bagi industri energi untuk mengembangkan dan memanfaatkan produk-produk yang berasal dari biomassa sebagai sumber daya berkelanjutan,” kata Menteri Energi A,. Rick Perry.

Barisan botol kecil di dalam kotak (© Marilyn Chung/Berkeley Lab)
Ilmuwan JBEI di Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley menganalisis potensi senyawa yang bermanfaat. (© Marilyn Chung/Berkeley Lab)

Trend Masa Depan

Satu teknologi yang menjanjikan dapat menyederhanakan proses pemurnian bahan bakar hayati dengan menggunakan cairan yang secara efisien akan memecah biomassa dan mengubahnya menjadi produk energi yang berguna dan memangkas beberapa langkah yang memakan biaya. Hanya dalam satu langkah, sumber daya tanaman terbaik disesuaikan dengan bahan kimia cair atau enzim yang tepat.

“Kami menyebutnya teknologi satu wadah,” kata Blake Simmons, kepala sains dan teknologi  Joint BioEnergy Institute (JBEI), sebuah pusat penelitian yang bermitra dengan Lawrence Berkeley National Laboratory.

“Saya pikir itu akan menjadi trend di masa depan,” kata Simmons sambil mempromosikan biaya rendah dan kesederhanaan teknologi. “Pada dasarnya, kita buka tangki bensin, memasukkan tanaman populus, , pergi selama seminggu, lalu kembali dan bensin pun terisi penuh di mobil kita.”

Seorang wanita berdiri di antara dua pria memegang guci (© Roy Kaltschmidt/Berkeley Lab)
Dari kiri, Jian Shi, Seema Singh dan Blake Simmons dari Joint BioEnergy Institute menunjukkan bahan yang digunakan dalam upaya sukses laboratorium mengubah bahan baku menjadi bahan bakar hayati. (© Roy Kaltschmidt/Berkeley Lab)

Bisakah diperluas?

Mengubah karbon dalam tanaman menjadi bahan bakar hayati dan bioproduk lainnya adalah tujuan pertama. Selanjutnya adalah membawa teknologi tersebut ke pasar. “Kami mencoba membuka peluang konversi karbon … dan kemudian mentransfernya menjadi manfaat ekonomi,” kata Simmons.

Para ilmuwan JBEI telah menunjukkan bahwa konversi karbon dari biomassa dapat dilakukan pada skala operasi 50 liter. Para peneliti selanjutnya perlu menunjukkan bahwa proses tersebut dapat bekerja pada tingkat komersialyang akan memerlukan ratusan ribu liter.

Jika mereka dapat melakukannya — dan juga menunjukkan bahwa itu dapat digunakan kembali dan didaur ulang, maka teknologi ini akan mengubah segalanya.

JBEI memiliki rekam jejak dalam mengembangkan inovasi yang menarik investor. Lembaga tersebut menerima bantuan dari program Cleantech to Market, University of California di  Berkeley, yang mengevaluasi kelayakan komersial produk.

Bidang rumput (© Matthew Wisniewski/GLBRC)
Rumput gajah seperti ini dapat menjadi bahan bakar cair di masa depan. Ini adalah salah satu sumber bahan bakar hayati potensial yang dikembangkan oleh Great Lakes Bioenergy Research Center. (© Matthew Wisniewski/GLBRC)

Tiga pusat penelitian bioenergi lainnya berupaya membuat bahan bakar hayati dan bioproduk dari biomassa lalu membuat produk tersebut tersedia secara komersial:

  • The Great Lakes Bioenergy Research Center, dipimpin oleh University of Wisconsin-Madison dan Michigan State University.
  • The Center for Bioenergy Innovation, dipimpin oleh Oak Ridge National Laboratory.
  • The Center for Advanced Bioenergy and Bioproducts Innovation (CABBI), dipimpin oleh University of Illinois di Urbana-Champaign, yang merupakan pusat penelitian terbaru.

Keempat pusat penelitian tersebut bekerja sama dengan universitas dan laboratorium di seluruh AS. Keberhasilan akan membuka jalan baru bagi pekerjaan di sektor energi — sekaligus akses ke solusi energi inovatif.