Kunjungan para peneliti wanita di laboratorium L’Oreal’s Research & Innovation Labs di Clark, New Jersey (L’Oreal USA)
Kunjungan para peneliti wanita di laboratorium L’Oreal’s Research & Innovation Labs di Clark, New Jersey (L’Oreal USA)

Tidak selalu mudah untuk menjadi wanita di tengah di dunia penelitian dan ilmu pengetahuan yang didominasi oleh kaum pria. Kajian-kajian menunjukkan jumlah peneliti perempuan di dunia kurang dari sepertiga dari total jumlah peneliti secara keseluruhan.

Namun sebuah kelompok wanita muda sukses memiliki nasihat bagi anak perempuan yang tertarik pada bidang ilmu pengetahuan, teknik atau matematika. Para pembimbing ini mengetahui apa yang mereka bicarakan – mereka baru saja memenangkan dana hibah fellowship dari L’Oreal USA untuk program Perempuan di Ilmu Pengetahuan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral dan menjadi panutan dari generasi yang lebih muda.

Ini pembicaraan mereka tentang bagaimana mereka mengatasi rintangan yang dihadapi dan bagaimana menginspirasi para anak perempuan dan perempuan muda untuk mengikuti jejak mereka.

Wanita berdiri dengan tangan terlipat (Courtesy of L'Oreal USA)
Amy Orsborn (L’Oreal USA)

“Kenapa mereka berpikir setengah dari populasi bisa menyelesaikan apa yang dibutuhkan oleh dunia? Kita membutuhkan partisipasi dari semuanya,” tutur Amy Osborn, 32, dalam acara penyerahan penghargaan For Women in Science. Ia adalah ahli syaraf yang sedang menempuh pendidikan di New York University.

“Bagi saya, salah satu dari tantangan terbesar adalah bergumul dengan kepercayaan diri saya sendiri,” ujarnya. “Saya pikir kita harus mengajarkan pada anak perempuan dan perempuan bahwa kegagalan bukanlah tanda kalau kamu tidak bisa melakukannya. Kamu harus mencurahkan segala daya upaya, mulai bekerja, dan mencoba lagi.”

Wanita membantu siswa di dalam kelas (Courtesy of L'Oréal USA)
Anela Choy membantu murid-murid sekolah dasar dengan percobaan ilmiahnya. (L’Oreal USA)

Anela Choy, 33, menyarankan para ilmuwan untuk terus mencari jawaban….Selalu akan banyak pertanyaan dibanding jawabannya, dan kadang hal ini terasa sangat luar biasa.”

Anela Choy, peraih beasiswa program pasca doktoral bidang biologi, oseanografi dan ekologi kelautan di Monterey Bay Aquarium Research Institute, California, mengatakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh pelajar perempuan di bidang ilmu pengetahuan adalah tidak banyak perempuan yang menduduki posisi pemegang otoritas. “Jika kamu melihat rasio perbandingan berdasarkan jenis kelamin di sekolah sarjana strata satu, pendidikan pasca sarjana, hingga level fakultas, angka ini berubah secara dramatis.”

Wanita yang berdiri di laboratorium tersenyum (Courtesy of L'Oréal USA)
Shruti Naik (L’Oreal USA)

Shruti Naik, 31, adalah peneliti program pasca dokotoral bidang imunologi dan biologi sel punca di Rockefeller University di New York. Dia memiliki sebuah “mantra” yang ingin ia bagi : “Beranikan dirimu.” Saat orang lain tidak percaya padamu atau kamu sendiri tidak percaya dirimu sendiri – ini terjadi sering kali- beranikan dirimu dan lakukan saja. Kamu akan terkejut dengan apa yang bisa kamu capai saat kamu menyingkirkan rasa takutmu. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi perempuan adalah kurangnya kepercayaan diri sendiri, tutur Naik.

“Perempuan cenderung mempertanyakan kemampuannya sendiri, dan saya berpikir bahwa lingkungan sekitar tidak benar-benar membantu kita melawan pemikiran ini. Kita membutuhkan lebih banyak dukungan, lebih banyak pengakuan kepada perempuan.”

Perempuan memakai jas lab melihat kertas (Courtesy of L'Oréal USA)
Moriel Zelikowsky, dua dari kiri (L’Oréal USA)

“Perempuan sebenarnya memiliki karakter menyelesaikan suatu masalah dan memiliki ide solusi, dan saya pikir kita mampu memberikan perspektif yang berbeda dan segar,” ujar Moriel Zelowsky, 33. “Saya bersemangat menantikan bagaimana perspektif perempuan mampu mendorong ilmu pengetahuan menjadi lebih maju.”

Zelikowsky, peserta program post doctoral untuk ahli syaraf di Divisi Biologi dan Teknik Biologi di California Institute of Technology mengatakan hanya sedikit perempuan yang bisa mencapai posisi tertinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, saat ini ada lebih banyak jumlah perempuan yang mempelajari bidang ini di level strata satu dan pascasarjana.

“Kita tidak bisa menurunkan standarnya sekarang,”tuturnya. “Sebagai contoh di bidang ilmu pengetahuan, pengerjaan 10 persen terakhir adalah bagian yang terberat. Sehingga kita benar-benar harus mencurahkan perhatian kesitu dan jangan hanya mengalah.”

Laura Simpson, 31, fisikawan astronomi di Northwestern University, Illinois, tidak pernah bertemu dengan profesor perempuan di bidang matematika atau fisika selama ia menempuh pendidikan pascasarjanannya. Hal ini menginspirasi dirinya membentuk program pelatihan untuk membantu para mahasiswa.

Wanita berdiri di depan diagram ruang angkasa (Courtesy of L'Oréal USA)
Laura Sampson (L’Oréal USA)

Nasihatnya bagi generasi selanjutnya: “Kamu jangan terpengaruh oleh budaya pop gambaran umum tentang peneliti. Sudah jelas, tidak perlu menjadi seorang pria untuk menjadi peneliti, namun kamu juga jangan menjadi sepenuhnya hanya terpaku pada pemikiran ini dan menjadi terobsesi,”kata Simpson, seperti dirinya dan fellow yang lain yang mana mereka memiliki ketertarikan dan hobi yang lain di luar penelitian.

Peneliti Perempuan di Seluruh Dunia

Dimulai pada 1998, Penghargaan Internasioanal L’Oreal – UNESCO untuk perempuan di bidang penelitian mengidentifikasi dan memberikan dukungan bagi peneliti perempuan yang sukses di seluruh dunia. Melalui program internasional dan hampir dari 50 program nasional dan regional, seperti program A.S., sekitar 2.500 peneliti perempuan lebih dari 100 negara memperoleh beasiswa untuk menjalankan program risetnya di masa mendatang.