Penyu laut telah berenang di samudera-samudera bumi selama lebih dari 100 juta tahun. Namun hari ini kelangsungan hidup peninggalan dari era dinosaurus ini terancam.
Dari tujuh spesies, tiga — yakni penyu hijau, penyu sisik, dan penyu Kemp’s ridley — terdaftar sebagai spesies terancam atau terancam kritis pada Daftar Merah Spesies Terancam, yang diterbitkan oleh lembaga nirlaba International Union for Conservation (IUCN). Tiga spesies lainnya — penyu belimbing, penyu lekang, dan penyu tempayan — terdaftar sebagai “rentan.” Sementara ini tidak ada data yang cukup untuk menentukan status penyu pipih.

Para pelestari lingkungan ingin melindungi penyu laut, yang memainkan peran penting dalam ekosistem laut.
Penyu belimbing dan penyu sisik membantu mengendalikan populasi ubur-ubur dan spons. Penyu hijau memakan rumput laut, yang harus dijaga agar tetap pendek agar banyak spesies ikan dapat berkembang biak di dalamnya.
Menangani ancaman
Penangkapan sampingan — menangkap secara tidak sengaja karena metode penangkapan yang kurang akurat yang tujuan sebenarnya adalah makhluk laut lain — merupakan masalah serius. Pembangunan di kawasan pantai juga menjadi masalah lain, karena penyu laut bertelur di pantai dan tukik (anak penyu) yang baru menetas harus bisa mencapai laut tanpa gangguan.
Christine Dawson, yang memimpin divisi konservasi di Departemen Luar Negeri AS, mengatakan bahwa “musnahnya sebagian makhluk alam, hilangnya kekayaan keanekaragaman hayati” adalah tren yang paling mengkhawatirkan.

“Hal ini diperburuk lagi dengan besarnya volume pergerakan ilegal satwa liar di dunia, yang difasilitasi oleh jaringan kriminal terorganisasi yang mengambil keuntungan dari penyelundupan satwa liar,” ujarnya. Penyelundupan tersebut mencakup perdagangan pasar gelap untuk telur, tempurung, dan daging penyu.
Namun, menurut Joseph Fette dari Departemen Luar Negeri ada sejumlah kabar baik. Alat pemisah penyu (turtle excluder device atau TED), mengurangi penangkapan sampingan oleh nelayan komersial. Di negara-negara yang nelayannya telah menggunakan TED selama beberapa waktu, ada penerimaan dan penghargaan secara luas karena TED tidak hanya menyelamatkan penyu laut tapi juga membuat penangkapan dengan pukat jadi lebih efisien, terang Fette.
Dia juga mengatakan bahwa ada tiga upaya lainnya yang dapat memberikan kesempatan bagi penyu: perlindungan pantai selama periode bersarang; pertempuran melawan konsumsi penyu dan telurnya; dan perjuangan melawan perdagangan tempurung dan daging penyu.
Penyelundupan mendapatkan “perhatian tingkat tinggi sebagai kejahatan terorganisasi serius,” kata Dawson. “Organisasi-organisasi internasional, pemerintah, organisasi-organisasi nonpemerintah, dan pemangku kepentingan masyarakat menjadi makin cerdas dan makin baik dalam memerangi penyelundupan satwa liar — dan dapat mengenali pola-pola dan konvergensi dengan bentuk kejahatan konservasi lainnya.”
Kerja sama internasional
Kemajuan lebih lanjut untuk melindungi penyu sedang dijalankan — termasuk jaring insang berlampu, yang sedang diuji di Peru, Meksiko, Indonesia dan di tempat lain. “Pengujian pertama dari jaring insang berlampu dimulai sekitar satu dasawarsa lalu,” ujar Ann Marie Lauritsen, seorang pakar konservasi penyu laut di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
“Penurunan yang teramati dalam jumlah penyu yang tertangkap tak sengaja menyiratkan bahwa penerangan jaring mungkin merupakan alat konservasi yang efektif untuk penangkapan ikan dengan jaring insang tertentu yang beroperasi pada malam hari,” katanya.” Pengujian terus dilakukan sehingga kita dapat lebih memahami efektivitas dari jaring insang berlampu dengan berbagai kondisi lingkungan dan untuk memahami apakah ada perbedaan terkait dengan spesies penyu laut.”

Fish and Wildlife Service bekerja dengan pemerintah dan organisasi nonpemerintah di seluruh dunia untuk “melakukan dan berbagi penelitian tentang penyu laut, untuk melindungi wilayah mereka bersarang, dan untuk menandai penyu laut demi melacak gerakan mereka,” tutur Fette. Demikian pula, National Marine Fisheries Service melakukan penelitian dan mengembangkan metode penangkapan yang lebih baik di seluruh dunia untuk mengurangi bahaya bagi penyu.
Departemen Luar Negeri mendukung upaya kedua lembaga tersebut dan mengelola program untuk memberi sertifikat bagi negara yang metode panen udangnya tidak membahayakan penyu laut.
Inter-American Convention for the Protection and Conservation of Sea Turtles mendorong perlindungan, konservasi, dan pemulihan enam spesies penyu dan habitatnya di perairan negara-negara penandatangan di seluruh wilayah Amerika dan Karibia.